APA ITU TEOLOGI?
APA ITU “teologi”?
Orang sering mendefinisikan kata teologi secara harafiah dari kata aslinya, yakni θεολογία, yang berasal dari dua kata dalama bahasa Yunani Θεός = Tuhan dan λογία = ilmu, sehingga pada umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang Tuhan.
Namun alangkah baiknya istilah “teologi” tidak dipahami sebagai ilmu tentang Tuhan, melainkan pemikiran/ pemahaman tentang keterlibatan Tuhan, karena λογία juga dapat berarti pemikiran/ pemahaman.
Dengan cara mendefinisikan kata teologi seperti ini, kita akan memahami bahwa tugas seorang teolog bukan hanya mampu tahu teologi si A, teologi si B, teologi si C dan sebagainya, melainkan lebih dari itu yaitu BER-teologi. Apa itu BER-teologi? Berteologi adalah membangun pemikiran tentang keterlibatan Tuhan. Keterlibatan atas apa? Atas apa saja atau segala sesuatu, penciptaan, pemeliharaan, hidup manusia, profesi, termasuk juga penderitaan manusia. Oleh sebab itulah kita menjumpai beberapa buku atau tulisan teologi mengambil judul Teologi Penderitaan (pemikiran tentang keterlibatan Tuhan dalam hal Penderitaan); Teologi Perjanjian Lama (pemikiran tentang keterlibatan Tuhan dalam masa Perjanjian Lama); Teologi Perjanjian Baru (pemikiran tentang keterlibatan Tuhan dalam masa Perjanjian Baru), Teologi Profesi (pemikiran tentang keterlibatan Tuhan dalam profesi), dan sebagainya.
TEOLOGI SEBAGAI ILMU
Sebagai ilmu, teologi mempunyai struktur atau bangunan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain. Pada umumnya struktur atau bangunan ilmu teologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Sejarah dan bahasa merupakan alat utama yang diperlukan dalam belajar teologi. Ibarat orang yang sedang belajar Teknik Sipil, maka matematika merupakan ilmu yang mutlak diperlukan sebagai tool. Ibarat orang yang mengambil studi IT/ Sistem Informasi (pemrograman) maka kemampuan logika menjadi syarat mutlak yang diperlukan. Dalam setiap bidang keilmuan pasti ada matakuliah wajib yang berperan sebagai alat utama. Sejarah dan bahasa bahkan satu lagi yaitu filsafat, merupakan tools yang mutlak diperlukan. oleh sebab itu, biasanya, matakuliah-matakuliah tentang sejarah, bahasa asli Alkitab (bahasa Ibrani dan Yunani), serta filsafat, disajikan di semester awal.
Pada studi teologi jenjang S1, pada tahun pertama, yakni semester 1 dan 2, kepada mahasiswa akan disajikan matakuliah Pengantar Perjanjian Lama (PLU) dan Pengantar Perjanjian Baru (PBU). Selama satu tahun mahasiswa akan mempelajari kesejarahan dan hal-hal mengenai latar belakang seperti konteks geografis, konteks politik, konteks sosial dan konteks budaya. Dengan mengetahui latar belakang dan memahami hal kesejarahan dengan baik, seseorang akan lebih baik dalam memahami cerita-cerita dalam Alkitab.
Kemudian, setelah mempelajari kesejarahan dan latar belakang, para pembelajar teologi perlu melanjutkan studinya tentang bahasa asli Alkitab, yaitu bahasa Ibrani dan Ibrani. Alasan sebenarnya adalah sangat sederhana, yaitu bahwa kedua bahasa tersebut adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Dengan menguasai sejarah dan bahasa, kita sudah mempunyai alat-alat yang diperlukan dalam studi teologi. namun perlu diingat bahwa orang yang mempunyai alat, belum tentu dapat menggunakan alat yang dimilikinya tersebut. Ibarat seorang tukang pahat yang sudah siap dengan berbagai jenis pisau pahat, masih perlu pengetahuan tentang penggunaan setiap jenis pisau pahat yang dimilikinya. Demikian juga dalam studi ilmu teologi. Setiap mahasiswa yang sudah memiliki alat-alat, yaitu pengetahuan akan kesejarahan dan bahasa, masih perlu pengetahuan selanjutnya tentang bagaimana penggunaan kemampuan kesejarahan dan bahasa itu dalam membedah ayat Alkitab. Untuk itu dilanjutkan dengan pembelajaran Hermeneutik, yang membahas tentang cara-cara atau metode-metode menafsir teks Alkitab. Biasanya matakuliah Hermeneutik akan dipelajari oleh mahasiswa selama 1 tahun, pada tingkat 2 (semester 3 dan 4). Sampai di sini kita tahu bahwa kegiatan menafsir, bukanlah menaksir-naksir atau mengkira-kira. Melainkan sebuah kegiatan mencari informasi yang mana ada cara dan metodenya; ada syaratnya yaitu memiliki pengetahuan sejarah dan bahasa asli Alkitab.
Setelah mempunyai alat-alat (pengetahuan sejarah dan bahasa asli Alkitab) dan dapat menggunakannya (Hermeneutik), maka tahap berikutnya adalah mempraktekkan Hermeneutik itu dalam kerja tafsir pada teks-teks Alkitab, pada setiap kitab, hingga pada akhirnya menemukan teologi, yaitu keterlibataan Tuhan atas setiap peristiwa yang terjadi dalam setiap peristiwa seperti yang diceritakan oleh para penulis kitab.