Andreas Christanto

1. ETIMOLOGI

Kata teologi berasal dari kata Yunani θεολογία (baca: theologia) yang merupakan bentukan dari dua kata yakni θεός yang berarti Tuhan,  dan λογία yang berarti hal atau percakapan. Orang memang sering mendefinisikan teologi sebagai ilmu tentang Tuhan, -namun alangkah baik apabila teologi dimaknai dan dipahami sebagai percakapan atau cerita tentang Tuhan.

2. PERCAKAPAN MANUSIA DENGAN MANUSIA TENTANG TUHAN

Jika teologi merupakan percakapan atau cerita, maka percakapan siapa dengan siapa? Tentu percakapan manusia yang satu dengan manusia yang lain, yang mempercakapkan atau membicarakan tentang Tuhan.

Screenshot_44
Gambar ilustrasi teologi sebagai percakapan antar manusia.

3. AKTIVITAS BERCAKAP DAHULU BARU KEMUDIAN LAHIRLAH TEOLOGI

Sebenarnya yang ada terlebih dahulu adalah kegiatan manusia dalam berpikir dan memaknai Tuhan, -barulah kemudian bercakap sehingga muncullah rumusan teologi orang tersebut. Oleh sebab itu yang disebut teologi ada selalu sebagai produk manusia dalam ‘memaknai‘ (Geschichte) yang berangkat dari peristiwa yang dialaminya (Historie).

Screenshot_46

5. TITIK BERANGKAT (POINT OF DEPARTURE, STARTING POINT) BERTEOLOGI, TREND DARI MASA KE MASA

Karena merupakan percakapan atau cerita, maka si pencakap, yaitu si teolog, selalu mempunyai titik berangkat (point of departure atau starting point) untuk kegiatan berteologinya, yang mana selanjutnya, titik berangkat itu menjadi kategori teologi Kristen.

  1. TEOLOGI DOGMATIKA – Bapa-bapa gereja berteologi berangkat dari pengajaran-pengajarannya. Oleh sebab itu, teologi hasil bentukannya disebut sebagai teologi dogmatika, dogmatic theology. Disebut demikian karena berasal dari kata Yunani δόγμα yang berarti pendapat. Oleh sebab itu, teologi dogmatika merupakan teologi yang berangkat dari pendapat bapa-bapa gereja. Oleh karena teologi dogmatika harus dapat mempercakapankan Tuhan secara komprehensif, -tidak hanya percakapan tentang Tuhan/ Allah saja, -melainkan Tuhan di tengah segalanya, -maka kemudian teologi dogmatika berkembang dan disebut sebagai teologi sistematika.
  2. TEOLOGI BIBLIKA -  Setelah sekian lama Teologi Dogmatika ada dan berlangsung, maka pada abad ke-18 muncullah trend berteologi yang titik berangkatnya adalah Kitab Suci, yang kemudian disebut dengan istilah Teologi Biblika dengan tokohnya Johann Philiph Gabler, yang sering disebut sebagai Bapak Teologi Biblika. Pada orasinya dalam rangka pengukuhannya sebagai professor teologi, pada tanggal 30 Maret 1787, Gabler menyebut teologi biblika sebagai ‘pendekatan baru’ dalam teologi yang sangat berbeda dengan teologi dogmatika. Dari sinilah kemudian muncul Teologi Perjanjian Lama dan Teologi Perjanjian Baru.
  3. TEOLOGI PEMBEBASAN – Pada tahun 1960-an muncul trend baru berteologi, yakni berteologi dengan titik berangkatnya adalah permasalahan lokal yang tengah dialami masyarakat. Teologi pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. Masalah-masalah itu dijabarkan dalam penindasan, rasisme, kemiskinan, penjajahan, bias ideologi dsb. Pada kalangan Jesuit, baik di Asia termasuk Indonesia, Brasil, Amerika Latin, dan Afrika Selatan Teologi ini berkembang pesat sebagai dampak dari hermeneutika Alkitab secara kontekstual untuk menjawab persoalan yang dihadapi umat manusia.