Andreas Christanto

prof2

Apa itu “profesi”? Bagaimana kita selaku orang beriman memahami dan mendefinisikan “profesi”?

Profesi adalah keterlibatan manusia dalam penyelenggaraan karya ciptaan Tuhan. Penciptaan dilakukan  Tuhan tidak hanya sekali saja. Tuhan tidak sekali mencipta lalu kemudian Ia meninggalkan ciptaan-Nya begitu saja, sehingga semuanya berjalan secara otomatis/ autopilot. Salah satu unsur dalam penciptaan yang dilakukan Tuhan adalah sustain, yang berarti menahan. Jika saat ini siklus alam semesta masih ada pada tatanannya, daratan dan lautan masih pada tempatnya, itu semua karena Tuhan masih melakukan sustain  Ia masih bekerja dalam mencipta. Oleh karena Tuhan masih dan terus melakukan penciptaan, maka manusia sebagai rekan kerja Tuhan, ikut serta/ diikutsertakan/ diberikan kepercayaan untuk ikut serta dalam penyelenggaraan karya ciptaan-Nya itu. Dengan pengertian seperti inilah orang percaya harus memaknai apa itu profesi. Tidak hanya sekedar jenis-jenis pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan saja!

 

Menyadari Dunia yang Plural dengan Berbagai Jenis Profesi sehingga Tidak Memandang Rendah Orang Lain dengan Setiap Profesinya & Menjalani Profesi dengan Penuh Ucapan Syukur.

Ketika kita bangun pagi lalu pergi ke sekolah atau berangkat ke kantor untuk bekerja, dalam sepanjang perjalanan kita menuju sekolah atau kantor, kita akan melihat banyak orang yang melakukan pekerjaan profesinya, antara lain: tukang sapu jalan yang sedang membersihkan jalan, tukang sampah yang mengumpulkan sampah dan menaikkannya ke truk dengan tujuan agar membuat lokasi/ daearah menjadi bersih, ibu-ibu yang berjualan nasi uduk, tukang sayur dengan gerobaknya yang penuh sayur, polisi yang mengatur arus lalu-lintas, sopir angkot yang sedang mengantar anak sekolah dan karyawan bekerja — dan mungkin kita bertanya, “apakah jenis pekerjaan yang sudah disebutkan itu, yang biasanya sering  dianggap sebagai jenis pekerjaan rendahan adalah juga termasuk profesi?” Jawabnya adalah “YA!” itu juga termasuk profesi! Bahkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga pun juga termasuk profesi!

Pernahkah kita berpikir, apa jadinya jika ketika kita bangun pagi, lalu semua orang di dunia ini bekerja pada satu profesi saja, misal, semua orang didunia ini berprofesi sebagai CEO ? Tentu jika seperti itu dunia sebagai ciptaan-Nya tidak akan menjadi indah.

Sampai di sini kita memahami bahwa setiap profesi yang ada di dunia ini, -tentunya profesi yang benar (bukan maling, pembunuh, …)  harus dipahami sebagai keikutsertaan manusia dalam menyelenggarakan karya ciptaan-Nya. Termasuk profesi tukang sapu jalan, ibu rumah tangga, pedagang, tukang sampah. Dengan pemahaman seperti ini, kita akan menjadi orang yang lebih bijak, tidak memandang orang lain sebagai orang yang ada di bawah kita, atau bahkan memandang hina hanya oleh karena profesinya tidak sama dengan profesi kita. Dengan pemahaman ini, kita justeru akan menjadi sadar bahwa kita pun adalah orang yang terbatas yang hanya mampu mengerjakan profesi kita saja, -tidak mampu melakukan profesi yang orang lain kerjakan.

 

Resiko/ Konsekuensi Profesi

Banyak orang ketika memilih profesi hanya melihat bagian yang enak dari profesi tersebut, tanpa menyadari bahwa selalu ada resiko/ konsekuensi pada setiap jenis profesi (saya sebut dengan istilah “konsekuensi profesi“). Hal ini sering terjadi pada youth/ anak muda yang baru lulus SMA, yang memulai perjalanan karirnya dengan  menentukan jurusan kuliah. Seseorang yang tidak paham tentang konsekuensi profesi akan mengalami disorientasi (gagal fokus) di tengah perjalanan karirnya, oleh karena dia tidak siap menghadapi setiap resiko dari profesi yang dia ambil.

SEORANG PENDETA, DOSEN, GURU YANG BERAMBISI INGIN MENJADI KAYA.. Jelas ini merupakan gejala/ perilaku disorientasi profesi. Jika ingin kaya dan memiliki banyak harta tentunya profesi yang harus diambil adalah pengusaha atau businessman, bukanlah profesi pendeta, guru bukan juga dosen. Profesi seperti pendeta, guru dan dosen adalah jenis profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia baik dalam hal intelegensi maupun spiritual, -bukan profesi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan mengumpulkan kekayaan.

SEORANG DOKTER YANG SELALU IRI DENGAN PEMILIK TOKO DALAM HAL JAM KERJA, juga merupakan gejala/ perilaku disorientasi profesi. Ketika seseorang memilih untuk mengambil profesi dokter, ia harus sadar benar bahwa ada resiko atau konsekuensi profesi bahwa ia pasti akan terkiat dengan jam tugas dinas yang tentunya tidak bisa disamakan dengan profesi pemilik toko yang dapat membuka dan menutup tokonya kapan saja.

SEORANG MONTIR YANG SELALU MENGELUH BAHWA TANGAN ATAU BADANNYA SELALU KOTOR, TIDAK SEPERTI HALNYA SEKRETARIS YANG BEKERJA DI PERKANTORAN, juga merupakan gejala dan perilaku disorientasi profesi. Profesi montir/ mekanik pastilah selalu akan berurusan dengan mesin-mesin yang membuat tangan atau bahkan badan menjadi kotor.

Tiga contoh di atas merupakan penjelasan saya atas apa yang saya sebut sebagai resiko profesi atau konsekuensi profesi. Setiap orang, tanpa kecuali, bagaimanapun juga akan memilih dan mengambil satu profesi.Ketika seseorang memilih satu profesi, bagaimanapun juga ia juga harus tahu konsekuensi profesi itu. Untuk konteks anak muda yang akan memulai karirnya, peran orang tua dalam memberikan wawasan tentang profil dan konsekuensi profesi sangat diperlukan. Orang tua tidak boleh memaksa anak untuk memilih satu profesi yang tidak diminati oleh anak tersebut. Orang tua justru harus memberi informasi dan wawasan yang seluas-luasnya tentang dunia profesi dan segala konsekuensinya.

 

MENJADI PROFESIONAL UNTUK KEMULIAAN NAMA TUHAN

Pada akhirnya, yang hendak dicapai adalah bahwa setiap orang menjadi profesional pada setiap panggilan profesinya. Dengan demikian setiap orang dengan masing-masing profesinya dan profesionalismenya bekerja membangun sesama, membangun masyarakat, ikut serta dalam penciptaan sebagai pekerjaan Tuhan yang tidak pernah berhenti dan terus berlangsung.